Peraih penghargaan Nobel dalam bidang ekonomi tahun 1998, Amartya Kumar Sen menolak untuk membuka akun di situs jejaring sosial, Facebook. Terlebih, pria kelahiran India tahun 1933 tersebut telah menjadi korban dari Facebook.
Seseorang telah mencatut nama Sen dan membuat akun palsu di Facebook. Dan ia menilai tak melihat adanya reaksi atau respon dari pengelola Facebook untuk menutup halaman palsu miliknya tersebut. Sen menegaskan ia tidak akan pernah berniat untuk membuka akun di sebuah situs yang tak menjamin dan memeriksa 'keaslian' dari anggotanya.
Seseorang telah mencatut nama Sen dan membuat akun palsu di Facebook. Dan ia menilai tak melihat adanya reaksi atau respon dari pengelola Facebook untuk menutup halaman palsu miliknya tersebut. Sen menegaskan ia tidak akan pernah berniat untuk membuka akun di sebuah situs yang tak menjamin dan memeriksa 'keaslian' dari anggotanya.
Untuk diketahui, menurut laporan surat kabar lokal , seorang penipu berpura-pura menjadi Amartya Sen di Facebook dan memiliki sekira 490 penggemar. Parahnya lagi, si penipu tersebut memposting secara bebas pandangan politik dan ekonomi radikal yang bertentangan dengan pandangan Sen.
"Saya tidak memiliki halaman di Facebook saya, dan tidak bermaksud untuk membukanya. Memang benar, ada seseorang yang pura-pura menjadi saya dan menjawab setiap pertanyaan, padahal tidak ada sama sekali hubungannya dengan saya, " kata Sen seperti dilansir Financial Times, Minggu (15/8/2010).
Sen menjelaskan bahwa ia mengetahui halaman Facebook palsu itu, baru dua hari yang lalu ketika seorang kawannya dari Italia bercerita tentang akun palsu tersebut.
Profesor dari Universitas Harvard itu sendiri mengaku kecewa dengan pengelola Facebook dalam memecahkan masalah ini.
"Para manajer dari sistem Facebook tidak membantu dalam memantau kebenaran akun tersebut dan mengkomunikasikannya kepada saya,' tandas Sen.
Dia mengatakan, faktor utama yang mendorong dirinya tak menggunaka Facebook bukan karena ia tak setuju dengan mereka. "Memang, saya pikir komunikasi seperti ini dapat berguna karena membuat orang lebih dekat satu sama lain walaupun jarak geografis yang memisahkan mereka, tapi alangkah baiknya mereka juga menghormati hak seseorang," kata Sen. (ugo)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar