Obat yang paling banyak memiliki efek samping adalah obat-obat antidepresi, antivirus dan obat-obat untuk mengatasi gangguan pada sistem saraf. Sementara itu obat yang paling sedikit memiliki efek samping umumnya adalah obat-obat untuk penyakit kulit dan mata.
Seorang profesor kedokteran dari Indiana University, Dr Jon Duke mengungkap hal itu setelah mengamati 5.600 label obat yang mencantumkan sedikitnya 500.000 peringatan efek samping. Sebagian memiliki lebih dari 100 efek samping, bahkan ada yang mencapai 525.
Menurut Prof Duke, banyaknya efek samping yang tercantum belum tentu menunjukkan obat tersebut tidak aman. Kadang efek samping tersebut jarang muncul, tapi produsen tetap mencantumkan untuk mengantisipasi gugatan hukum jika terjadi hal yang tidak diinginkan.
"Justru dengan banyaknya efek samping yang dicantumkan, dokter lebih mudah menimbang 'risk and benefit' dalam meresepkan suatu obat," ungkap Prof Duke mengomentari banyaknya efek samping dalam label obat seperti dikutip dari MSNBC, Selasa (24/5/2011).
Rasio risk and benefit merupakan perbandingan antara risiko bahaya dalam suatu obat dengan keuntungan yang diperoleh saat mengonsumsinya. Dokter selalu menggunakan pertimbangan itu, dengan harapan pasien mendapat manfaat sebesar-besarnya dengan risiko seminimal mungkin.
Prof Duke mengatakan, label obat saat ini terlalu panjang dan statis sehingga pasien sulit mengetahui efek samping manakah yang paling mungkin terjadi sesuai kondisinya. Dengan pemanfaatan teknologi, diharapkan suatu saat nanti label obat bisa lebih mudah dipahami.
via http://health.detik.com/read/2011/05/24/110459/1645600/763/tiap-obat-rata-rata-punya-70-efek-samping?l991101755
Tidak ada komentar:
Posting Komentar