Kekurangan zat besi pada tubuh dapat menyebabkan anemia
atau istilah awamnya penyakit kurang darah. Anemia sering terjadi pada
anak usia 1 sampai 3 tahun dikarenakan pada usia tersebut anak sedang
masa aktif-aktif nya dan sering mulai memilih makanan. Biasanya seorang
ibu memberikan makanan apa yang disuka oleh anak tersebut. Tidak lagi
memperhatikan apakah makanan mengandung gizi, atau zat besi. Padahal
kekurangan zat besi dapat mengakibatkan anak menjadi kurang bergairah
dan membuat sulit berinteraksi dengan dunia luar. Respon anak terhadap
dunia luar pun menjadi kurang.
Lebih lengkapnya mengenai bahaya kekurangan zat besi dapat di baca di link ini!
Salah satu mengatasi kekurangan zat besi pada tubuh adalah
mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung zat besi. Baru-baru ini
Indonesia telah menemukan bahan makanan yang kaya zat besi dan yang
paling penting murah dan mudah didapat. Tidak tanggung-tanggung, bahan
makanan ini bahkan berhasil meraih juara pertama dalam kompetisi pangan
internasional yang digelar di New Orleans, Lousiana, Amerika Serikat
(AS), pada 11-14 Juni 2011. Kompetisi yang diikuti sejumlah negara itu
bertujuan mencari solusi pangan bagi negara-negara berkembang dengan
ketentuan nilai pangan harus memiliki zat besi lebih.
Bahan makanan yang mendapat pengakuan internasional tersebut adalah
Mie buatan tiga mahasiswa Universitas Brawijaya (Unibraw) Kota Malang,
Jawa Timur, Ricky Setyawan (22), Meidina Nurfitriani (22) dan Masa Mukti
(19). Mereka terinspirasi membuat mie dengan bahan-bahan asli
Indonesia, seperti campuran tepung ubi jalar, tempe, singkong, serta
belut.
ilustrasi
“Pembuatan mie pada umumnya menggunakan 100 persen tepung gandum,
namun kita eksplorasi dengan bahan-bahan lain, seperti tepung tempe dan
belut, serta ubi jalar dan singkong,” kata Ricky dalam keterangan
persnya di Malang.
Alasan menggunakan campuran itu, menurut Ricky, karena bahan tersebut
sangat murah dan mudah dicari di Indonesia, selain itu nilai kandungan
zat besi juga banyak dan cocok bagi negara berkembang.
“Dalam presentasi yang kita lakukan di depan panelis dari berbagai
negara, kita mendapatkan nilai lebih, sebab selain banyaknya kandungan
zat besi, mie yang kita buat memiliki nilai ekonomis,” kata mahasiswa
Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) itu.
Ricky menjelaskan, pesaing terberat dalam kompetisi itu berasal dari
Amerika dan India, dengan membuat roti dan biskuit dari bahan singkong.
“Amerika dalam kompetisi itu mengikutkan roti berbentuk burger dan
biskuit, namun dalam presentasinya mereka kalah dengan kita. Oleh karena
itu patut kita syukuri,” kata Ricky.
Menanggapi prestasi anak didiknya, Rektor Unibraw, Prof Yogi Sugito,
menyambut baik kemenangan tersebut, karena diraihnya juara pertama
mahasiswanya tersebut adalah kali pertama dalam kompetisi pangan
internasional.
Rencananya, Unibraw akan mematenkan produk mie instan itu dan
memberikan penghargaan kepada tiga mahasiswa yang telah mengaharumkan
nama akademisi di tingkat internasional.
“Kita akan berikan beasiswa lanjutan bagi ketiga mahasiswa itu, dan
hasil karyanya akan kita pantenkan, jika perlu akan kita produksi secara
massal dengan membuat pabrik mie instan itu,” katanya menambahkan.
Agar prestasi yang membanggakan ini tidak mubazir dan dapat segera dimanfaatkan untuk kemashlahatan
rakyat Indonesia yang rentan isu ketahanan pangan, alangkah indahnya
jika pemerintah sesegera mungkin memproduksi makanan yang sudah diakui
oleh dunia internasional ini. Tentunya harus dengan harga murah dan
terjangkau!
Narasumber : AntaraNews /CaraHidup Blog, http://dreamindonesia.wordpress.com/2011/07/10/mie-made-in-mahasiswa-brawijaya-paling-mengandung-zat-besi-sedunia/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar