Paris membutuhkan proses yang panjang untuk menjadi kiblat fashion
global. Proses ini diawali dari pembentukan fondasi awal yang melibatkan
seluruh potensi industri. Bukan hanya desainer dan pekerja kreatif,
tetapi juga para pebisnis, ahli manajemen, periklanan, perbankan, media,
hingga pekerja mikro.
Indonesia, sebagai negara dengan mayoritas
penduduk muslim, tentunya memiliki peluang besar untuk menggali
potensinya di bidang kreativitas berbasis Islami. Hal ini disebabkan
Indonesia memiliki kelengkapan infrastruktur spiritual sebagai sumber
“jiwa” utama dalam mengolah keindahan karya rancang fashion muslim,
demikian menurut konsultan mode asal Paris, Kim Laursen, ketika
menanggapi visi Indonesia menuju Kiblat Fesyen Muslim Dunia 2020.
"Sebagai
orang Skandinavia yang tinggal di Paris, menurut saya busana muslim itu
terlihat sangat eksotis. Mungkinkah desainer Eropa membuat busana
muslim? Rasanya tidak. Desainer Indonesia sendiri yang harus membuatnya.
Anda berhak mewujudkan cita-cita itu, karena Anda lah yang mengetahui
nilai-nilai kesantunan dalam busana muslim," ujar pria berdarah Denmark
ini, dalam seminar bertema “Empowering Collaboration in supporting the
Growth of Islamic Based Industry: a Promising Future for Indonesia
Muslim Fashion Community", di Hotel Pullman Central Park, Jakarta,
Minggu (17/6/2012) lalu.
Seminar yang dipandu founder dan presiden Muslimah Beauty Foundation, Rofi Eka Shanty, ini merupakan pembuka event
pameran dan konferensi pebisnis syariah dunia “The 3rd Muslim World
BIZ” yang berlangsung di Jakarta Convention Center, 12-16 September
2012. Pameran dan konferensi ini akan digabungkan dengan pemilihan “The
World Muslimah Beauty” pada 9-15 September 2012. Ajang pemilihan duta
muslimah sejagad ini diadakan oleh Muslimah Beauty Foundation dan
Indonesia Islamic Fashion Consortium (IIFC), sebagai perkembangan dari event Muslimah Beauty Contest (2011).
Kim,
yang berpengalaman selama 15 tahun sebagai konsultan mode untuk
perancang kelas dunia seperti Christian Lacroix, Ellie Saab, Azaro, dan
Paul Ka, mengingatkan bahwa target yang ingin dicapai Indonesia tinggal 8
tahun lagi sejak sekarang. Karenanya, Indonesia harus segera berbenah
untuk mencapai target tersebut.
Langkah yang dilakukan Kim untuk
membantu percepatan persiapan tersebut adalah dengan mendatangkan tim
dari Savoir Faire Savoir (SFS). Perusahaan Perancis ini memberikan jasa
konsultasi dalam bidang desain, analisis tren, pengembangan produk,
pengarah kreatif, presentasi, dan manajemen model. SFS banyak membantu
perusahaan-perusahaan yang ingin meningkatkan image, style, dan komunikasinya.
Tim ini beranggotakan Sophia Hutagalung, Heri Bisma, Massimo Polvara (creative director), Sergio Machado (trend forecaster), dan Kim sendiri (ahli material fabric).
Dua nama yang disebut pertama adalah orang Indonesia yang telah lama
bermukim di Paris. Sophie adalah mantan model yang kini bekerja di
industri fashion di beberapa negara, di antaranya Australia, Amerika,
Inggris, Italia, dan Perancis. Kini ia bertekad membantu industri
fashion Indonesia untuk bersiap dan mencari peluang mengembangkan bisnis
di tingkat internasional.
Sedangkan Heri Bisma, yang telah 20
tahun tinggal di Paris, bekerja untuk l'Eclaireur, salah satu fashion
store paling trendi di Paris, dan untuk label fashion Jepang, Comme des
Garcons. Heri dikenal dengan intuisi yang kuat mengenai bisnis retail,
dan kemampuannya untuk menangkap tren baru dan peluang bisnis untuk brand-brand fashion. Ia juga cermat dalam mempadupadankan berbagai item busana dengan hasil yang mengesankan.
"Heri Bisma dan saya memiliki visi yang sama, yaitu ingin sekali membantu untuk membangun industri fashion di Indonesia. Massimo Polvara, Sergio Machado, dan Kim Laursen juga menangkap visi ini dengan sangat antusias. Melalui Savoir Faire Savoir Paris, kami berniat memajukan industri fashion dengan belajar bersama para desainer Indonesia, karena tidak bisa dipungkiri ada banyak sekali inspirasi yang datang dari koleksi-koleksi desainer Indonesia," papar Sophie.
"Heri Bisma dan saya memiliki visi yang sama, yaitu ingin sekali membantu untuk membangun industri fashion di Indonesia. Massimo Polvara, Sergio Machado, dan Kim Laursen juga menangkap visi ini dengan sangat antusias. Melalui Savoir Faire Savoir Paris, kami berniat memajukan industri fashion dengan belajar bersama para desainer Indonesia, karena tidak bisa dipungkiri ada banyak sekali inspirasi yang datang dari koleksi-koleksi desainer Indonesia," papar Sophie.
Kini, Sophie
dan timnya yang datang atas nama Savoir Faire Savoir mengajak seluruh
desainer untuk bekerja sama dan memanfaatkan keberadaan tim ini untuk
meningkatkan standarisasi. World Muslimah Beauty menjadi peluang bagi
Indonesia untuk belajar menggelar event dengan standar kelas
dunia, sehingga ketika tahun 2020 tiba nanti, Indonesia sungguh-sungguh
telah siap menjadi negara yang menjadi kiblat fashion muslim di dunia.
via http://female.kompas.com/read/2012/06/22/16354527/Indonesia.Berbenah.Menuju.Kiblat.Fashion.Muslim.Dunia
mudah2an bisa menjadi trend dunia untuk fashion muslim
BalasHapusoh jadi indonesia jadi kiblat fashion busana muslim ya, keren juga ternyata indonesia bisa jadi panutan mode bagi busana muslim karena mayoritas penduduk indonesia memang muslim ..
BalasHapusIni kan dari industri fashion ya gan? Semoga akan muncul dari berbagai jenis industri lainnya ya..
BalasHapus