Pesantren
Kilat Ramadhan - Anak-anak belajar shalat saat mengikuti pesantren
kilat Ramadhan di Madrasah Istiqlal di Komplkes Masjid Istiqlal,
Jakarta, Senin (23/7/2012). Pesantren kilat digelar selama tiga minggu
untuk anak-anak usia 3-6 tahun yang akan mengajarkan cara berdoa,
beribadah, dan membaca Al Quran.
Cobalah ingat-ingat. Dalam beberapa hari terakhir apakah Anda sering
sakit kepala? Terganggu oleh sariawan? Kulit bermasalah? Tubuh cepat
lelah? Jika iya, berhati-hatilah. Menurut Andang Widhawari Gunawan,
konsultan gizi dan penggagas Food Combining, kondisi itu menandakan
adanya tumpukan toksin di dalam tubuh Anda.
Toksin atau racun,
tentu harus dikeluarkan dari tubuh. Jika jumlahnya sudah berlebih, ia
akan menumpuk dan menyebabkan toksemia (kondisi keracunan dalam darah).
Jangan aggap enteng toksemia sebab ia berkaitan dengan hampir semua
penyakit degeneratif.
Penjelasan singkatnya begini: Sel-sel tubuh
kita memperoleh makanan dari darah, sedangkan darah memperolehnya dari
usus. Usus menyerap makanan dari setiap zat yang kita konsumsi. Jika ada
racun dalam saluran usus, racun akan terserap dan ikut beredar bersama
darah ke setiap sel-sel tubuh.
Racun bisa berasal dari dalam
(endogenus) atau dari luar (eksogenus). Yang dari dalam misalnya sisa
metabolisme, radikal bebas, produksi hormon berlebihan akibat stres,
gangguan fungsi hormon, dan bakteri penyakit yang sudah ada di dalam
tubuh. Jadi, makanan yang kita konsumsi untuk mencukupi kebutuhan gizi
ternyata mengandung racun terselubung yang tidak kita sadari. Sedangkan
faktor eksogenus diantaranya polutan, obat-obatan, hormon pada ternak,
produk susu, makanan yang diproses, lemak trans, dan mikroba.
Sebenarnya
tubuh sudah memiliki mekanisme sendiri dalam menangani toksin ini.
Berkeringat, berkencing, dan buang air besar merupakan detoksifikasi
atau pengeluaran racun dari tubuh secara alamiah. Hanya saja, cara ini
tidak serta merta menuntaskan masalah. Ada saja penyebab yang membuat
mekanisme alamiah tadi terganggu.
"Bayangkan saja jika sehari saja
kita mengalami gangguan buang air besar. Atau tidak lancar. Berarti
tubuh kita menyimpan racun satu hari. Jika berhari-hari otomatis racun
menumpuk dan mengendap. Jadi, melalui buang air atau berkeringat saja
ternyata tidak cukup," jelas Andang. Untuk itulah kita harus melakukan
detoksifikasi secara berkala.
Perbanyak konsumsi sayur
Detoksifikasi
yang benar merupakan jawaban bagi tubuh untuk memperoleh zat-zat gizi
yang tepat dan memberi kesempatan tubuh untuk lebih leluasa melakukan
pembuangan. Organ yang berperan dalam proses detoksifikasi adalah liver
dan saluran usus.
Detoksifikasi yang hanya fokus pada pengeluaran
racun saja sangat berbahaya sebab memberi tekanan pada kedua organ tadi.
Jadi, selain mengeluarkan racun, detoksifikasi juga harus memberi
makanan dan mendukung kerja organ-organ tadi.
Ada dua sistem
detoks. Yang pertama detoks xenobiotik, yakni proses menetralisir toksin
dari bahan kimia dan logam berbahaya yang berasal dari makanan dan
udara. Sistem kedua adalah detoks antioksidan yang membersihkan zat
reaktif terhadap oksigen atau radikal bebas seperti sinar ultraviolet,
rokok, dan asap hasil pembakaran.
Sesungguhnya, puasa yang telah
dilakukan bulan Ramadhan merupakan cara mudah dan aman berdetoks.
Detoksifikasi sebaiknya dilakukan sekali dalam setahun selama 30 - 40
hari. Ini hanya ancar-ancar saja.
Semakin kita tidak sehat tentu
semakin sering dan lama waktu yang diperlukan untuk proses
detoksifikasi. Agar tidak kaget jika harus berpuasa selama 30 - 40 hari,
berlatihlah untuk berpuasa dua hari dalam seminggu.
Saat berpuasa, secara alamiah usus akan membersihkan diri. Di saat yang sama, organ tubuh lainnya seperti hati dan lambung akan beristirahat. Hati - organ terbesar dalam tubuh - memang memiliki tugas yang berat.
Saat berpuasa, secara alamiah usus akan membersihkan diri. Di saat yang sama, organ tubuh lainnya seperti hati dan lambung akan beristirahat. Hati - organ terbesar dalam tubuh - memang memiliki tugas yang berat.
Hati
menjadi tempat menyaring segala sesuatu yang dikonsumsi maupun dihirup
manusia, termasuk yang diserap dari permukaan kulit. Dengan berpuasa,
tentu ada jeda sekian jam bagi hati untuk beristirahat. Sedangkan
lambung merupakan keranjang makanan yang tidak protes meski yang masuk
adalah makanan "jelek".
Bagi pemula, mulailah melakukan proses
detoksifikasi dengan lebih banyak mengonsumsi sayur dan buah segar.
Jenis makanan ini memiliki kandungan air dan serat yang tinggi sehingga
membantu melancarkan pembuangan racun dari usus. Di samping itu juga
sarat dengan vitamin, mineral, dan antioksidan yang sangat diperlukan
organ-organ pendetoks tadi.
Selanjutnya lakukanlah puasa dan jika
membutuhkan, asuplah suplemen khusus detoks. Dalam memilih suplemen,
sebaiknya yang mengandung bahan makanan organik. Kurangi semua makanan
pembentuk asam selama 3 - 7 hari sebelum melakukan detoks.
Begitu
juga selama menjalani puasa, tahan dulu keinginan untuk mengonsumsi
makanan pembentuk asam tadi. Makanan pembentuk asam adalah makanan yang
mengandung protein (hewani), pati, dan lemak (untuk lengkapnya lihat
boks). Efek bagi tubuh adalah munculnya asidosis, yakni penurunan
keasaman darah (di bawah 7,35).
Proses pengeluaran racun pada awalnya terasa lamban. Terlebih bila racun sudah terbentuk lama. Proses pengeluarannya juga butuh waktu lama. Proses detoksifikasi yang baik memang butuh waktu, tapi hasilnya lebih tahan lama. Jangan terkejut dengan perubahan di dalam tubuh saat menjalani detoksifikasi. Dalam terapi pengobatan alami, reaksi tubuh seperti ini disebut sebagai healing crisis.
Proses pengeluaran racun pada awalnya terasa lamban. Terlebih bila racun sudah terbentuk lama. Proses pengeluarannya juga butuh waktu lama. Proses detoksifikasi yang baik memang butuh waktu, tapi hasilnya lebih tahan lama. Jangan terkejut dengan perubahan di dalam tubuh saat menjalani detoksifikasi. Dalam terapi pengobatan alami, reaksi tubuh seperti ini disebut sebagai healing crisis.
Bentuk dan manifestasinya berbeda-beda tiap orang.
Beberapa contoh misalnya warna urine berubah menjadi lebih keruh dan
berbau menyengat; sering kentut dengan bau sangat menusuk; pusing, mual,
nyeri sendi/otot, batuk atau flu; dan kotoran banyak disertai dengan
mukus atau lendir yang cukup pekat.
Puasa 40 hari
Reaksi tadi biasanya muncul pada hari ketiga dan tidak berlangsung lama. Paling beberapa hari saja. Saat healing crisis muncul,
jangan mengonsumsi obat-obatan apa pun. Jika tidak yakin dengan apa
yang Anda rasakan, lebih baik berkonsultasi dengan ahli terapi nutrisi
atau dokter yang mengerti soal terapi nutrisi.
Untuk mengatasi reaksi detoks, lakukanlah hal-hal berikut. (a) Istirahat di tempat sejuk dan memiliki sirkulasi udara yang baik. (b) Tidak berpanas-panas di bawah terik matahari. (c) Tidak melakukan aktivitas yang menghabiskan energi seperti berjalan jauh, olahraga berat, atau berhubungan seksual. (d) Sering minum, tetapi hanya boleh minum air putih dan jus buah segar. Warna urin yang keruh boleh jadi karena tubuh kekurangan cairan.
Untuk mengatasi reaksi detoks, lakukanlah hal-hal berikut. (a) Istirahat di tempat sejuk dan memiliki sirkulasi udara yang baik. (b) Tidak berpanas-panas di bawah terik matahari. (c) Tidak melakukan aktivitas yang menghabiskan energi seperti berjalan jauh, olahraga berat, atau berhubungan seksual. (d) Sering minum, tetapi hanya boleh minum air putih dan jus buah segar. Warna urin yang keruh boleh jadi karena tubuh kekurangan cairan.
Selama
krisis penyembuhan tadi, hindari makanan berat seperti daging, nasi,
dan makanan berlemak. Begitu juga dengan paparan pestisida. Yang
terpenting, bersabarlah. Apalagi bagi mereka yang racunnya sudah
terbentuk sejak lama tentu butuh waktu lama juga untuk membersihkannya.
Bayangkan saja ketika Anda harus membersihkan kerak kotoran yang sudah
lama menempel di lantai kamar mandi.
Proses detoksifikasi sendiri
memang berliku. Ada lima tahapan yang berlangsung dalam 40 hari. Tahap
pertama berlangsung selama dua hari. Pada tahap ini kadar gula darah
turun sampai di bawah 70 mg/dl. Untuk kembali normal, glikogen dari
lever diubah menjadi glukosa dan dilepaskan ke darah. Glikogen juga bisa
diambil dari otot, yang berakibat tubuh menjadi lemas.
Untuk menghemat energi maka Basal Metabolic Rate (BMR) turun sehingga denyut jantung melambat dan tekanan darah pun turun. Healing crisis muncul
pada tahap ini: sakit kepala, pusing, mual, nafas bau, mata berkabut,
dan lidah terasa tebal. Tahap ini mungkin ditandai dengan rasa lapar
yang sangat kuat.
Tahap kedua yang berlangsung pada hari ketiga
sampai hari ketujuh, tubuh sudah mulai menyesuaikan diri dengan kondisi
puasa. Sistem pencernaan istirahat dan memusatkan energinya pada
pembersihan dan penyembuhan. Lemak diurai untuk melepas gliserol yang
akan diubah menjadi gliserol. Oskidasi lemak menghasilkan keton-keton
yang menekan selera makan.
Kulit pun lebih berminyak (bahkan bisa
muncul jerawat atau bisul) karena lemak-lemak rusak mulai dikeluarkan
dari dalam tubuh. Organ-organ pembersihnya pun mulai diperbaiki,
termasuk paru-paru. Jadi, kalau paru-paru terasa nyeri jangan takut.
Perbaikan juga menyentuh usus besar sehingga plak pada dindingnya mulai
lunak dan lepas. Nafas masih bau dan lidah masih terasa tebal.
Seminggu
kemudian (hari ke-8 sampai ke-15) merupakan tahap ketiga, ditandai
dengan peningkatan energi, pikiran lebih jernih, dan tubuh terasa lebih
fit. Bekas luka lama mungkin menganggu dan menimbulkan nyeri karena
kemampuan menyembuhkan dari tubuh meningkat selama proses detoksifikasi
ini. Sel-sel darah putih mengeluarkan zat yang dapat melarutkan sel-sel
mati.
Zat inilah yang menimbulkan rasa nyeri pada saraf di sekitar
bekas luka tadi. Nyeri ini justru menjadi penanda bahwa proses
penyembuhan hampir mencapai finish. Nyeri dan tegang juga
muncul pada otot akibat iritasi toksin, terutama di kaki sebab toksin
berkumpul di kaki. Persoalan lain yang muncul pada tahap ini adalah
sariawan akibat bakteri berlebihan di mulut. Penyelesaiannya gampang:
kumur dengan air garam.
Sisa hari sampai detoksifikasi selesai adalah tahap keempat. Tubuh sudah beradaptasi dengan proses detoks sehingga energi pun meningkat dan pikiran lebih jernih. Pikiran jernih mungkin terasa setelah hari ke-20. Emosi menjadi stabil, daya ingat dan konsentrasi meningkat.
Sisa hari sampai detoksifikasi selesai adalah tahap keempat. Tubuh sudah beradaptasi dengan proses detoks sehingga energi pun meningkat dan pikiran lebih jernih. Pikiran jernih mungkin terasa setelah hari ke-20. Emosi menjadi stabil, daya ingat dan konsentrasi meningkat.
Tubuh telah bekerja pada kapasitas maksimum
dalam mengganti sel-sel yang rusak. Keseimbangan homeostatik mencapai
tingkat optimal. Sistem getah bening sudah bersih, namun lendir bisa
saja masih keluar melalui hidung dan tenggorokan. Gangguan nafas sudah
hilang, begitu juga lidah sudah normal, berwarna merah muda. Jadi, sudah
pede lagi.
Tahap kelima adalah buka puasa. Saat berbuka ini,
makanan yang masuk akan melepaskan plak pada dinding usus yang sudah
meluak. Toksin masuk ke darah dan keluar dari tubuh melalui usus besar.
Empedu
membuang ampasnya melalui cairan emped dalam jumlah besan dan
menyebabkan ingin segera buang air besar setelah makan. Mungkin saja
diikuti dengan diare. Jika tak nyaman bisa dibantu dengan colon hydrotherapy.
Memang
panjang dan tak nyaman (sepertinya) proses detoksifikasi. Namun
ingatlah manfaat setelah itu: kulit menjadi bersih, sehat, kencang, dan
lembut; berat badan turun; daya ingat meningkat; kadar gula darah,
tekanan darah, fungsi liver, dan ginjal menjadi lebih baik;
gejala-gejala penyakit seperti alergi, sakit kepala, kembung, dan
sebagainya hilang; dan masih banyak lagi.
Jadi, mengapa tak diteruskan puasanya? Atau yang belum berpuasa, bisa berlatih puasa. (Agus Surono)
via http://health.kompas.com/read/2012/07/29/13592059/Puasa.Dapat.Keluarkan.Racun.dari.Tubuh
ternyata puasa tidak hanya mendapatkan pahala tetapi juga dapat menyehatkan tubuh salah satunya dapat mengeluarkan racun dari tubuh kita.
BalasHapus