Aneh! Semua Tumbuhan Layu Kena Wedus Gembel Merapi Tapi Padi Tetap Hijau

berminat untuk pasang iklan diblog kami, klik pesan ini

Hulu Sungai Gendol di wilayah atas Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), yang berjarak sekitar 5 km dari puncak Merapi, berubah menjadi gunungan setelah Kamis (4/11/2010) malam lalu tertimbun material vulkanik Merapi. “Sebelum terimbun, sungai ini lebar dan dalam, kira-kira sedalam 30 meter. Seperti jurang kalau dilihat dari tepi sungai,” kata Suwarjo, 42, penduduk setempat, yang meninggalkan lokasi pengungsian untuk menengok rumahnya, Sabtu (6/11/2010).

Ketika Antara mendatangi lokasi pada Sabtu (6/11/2010) siang, dan menyaksikan hulu sungai itu dari jarak 5 meter, Suwarjo berteriak untuk memperingatkan bahwa material itu masih mengandung bara. Bagi orang luar, bukan penduduk Cangkringan, fenomena sungai Gendol itu mencengangkan. Tak ada tanda-tanda sama sekali bahwa di bawah ribuan ton lahar itu ada sebuah sungai sedalam jurang. Aroma belerang yang menyengat tercium di kawasan berbahaya ini.

Lihatlah saat semua tumbuhan layu terkena panas awan panas wedus gembel, padi itu tetap bersemi hijau
Lihatlah saat semua tumbuhan layu terkena panas awan panas wedus gembel, padi itu tetap bersemi hijau

Di sekitar hulu sungai terdapat perkampungan penduduk yang sudah mengungsi. Atap rumah-rumah dan daun-daun pepohonan besar tertutupi abu dan pasir. Kebun salak luluh lantak, porak-poranda. Cangkringan menjadi kawasan mati, dengan kerusakan yang masif. Kawasan lereng Merapi yang mengalami kehancuran di mana-mana terjadi di Desa Glagaharjo. Sepanjang jalan menuju puncak Merapi, pohon-pohon bertumbangan. Tiang listrik dari beton patah. Tiang besi telepon pun roboh, membuat saluran kabel-kabelnya terburai.


Secara ilmiah bisa dijelaskan saat awan panas menerpa benih padi tadi belum bersemi, dan beberapa saat kemudian setelah semua usai padi bersemi dengan subur karena abu vulkanik sangat baik dan subur bagi tumbuh-tumbuhan
Sejumlah rumah penduduk tampak berantakan. “Hujan pasir campur lahar membuat semuanya seperti ini,” kata seorang penduduk setempat yang sedang menengok rumahnya.

Nuansa Magis



Pemandangan di Cangkringan yang mengalami kerusakan di mana-mana itu terasa magis. Semua pohon besar bisa tumbang atau dahan-dahannya patah. Daun-daun pohon kelapa lunglai berwarna cokelat kusam setelah tertimpa hujan pasir dan lahar. Perkebunan salak morat-marit. Tanaman jagung hanya tinggal onggokan kusam di pematang. Namun, hamparan padi yang baru disemai, yang baru setinggi 10 senti meter, sama sekali utuh dengan warna kehijauan yang menyegarkan. “Aneh bin ajaib. Pohon besar bertumbangan. Padi yang baru tumbuh itu seperti tak tersentuh lahar Merapi,” komentar seorang yang mengantar Antara memasuki wilayah maut itu.

Pengamatan lapangan di Glagaharjo itu tak berlangsung lama karena seorang relawan yang datang mengingatkan untuk segera menjauh dari puncak Merapi. Suara hujan angin disertai gelegak seperti air mendidih, yang datang dari perut Merapi itu, semakin menyadarkan bahwa Merapi bisa muntah sewaktu-waktu. Aktivis-relawan penolong korban Merapi itu seperti mulai mengenal tabiat Merapi. Dia segera menarik pegas motornya dan melaju menjauh dari puncak Merapi. Dia tak mau berpacu melawan kecepatan lahar Merapi yang oleh pakar geologi diibaratkan sekencang mobil Formula Satu itu. Sumber: Antara

sumber : ruanghati.com


Dapatkan berita-berita terbaru kami di
twitter | facebook | RSS feeds | versi mobile

-----Nostalgia 90an yuk di blognya rayi-----


Artikel Menarik Lainnya



0 komentar:


Posting Komentar

 

Arsip Blog

free counters

keripiku blog © 2008 - 2009 this design by Rayi | All Rights Reserved